Latest News

Mengharap Pahala Dari Kebaikan dan Amal? Ini Penjelasannya

Segala puji bagi Allah, Rabb pemberi segala nikmat dan yang berhakdisembah. Shalawat dan salam kepada penutup para Nabi, yaitu NabiMuhammad, istri-istri beliau, keluarga, para sahabat yang berjuangkeras membela Islam dan setiap orang yang mengikuti mereka dalamkebaikan hingga akhir zaman.Sebagian ulama dan ahli ibadah punyakeyakinan bahwa jika seseorang beribadah dan mengharap-harap balasanakhirat yang Allah janjikan maka ini akan mencacati keikhlasannya.Walaupun mereka tidak menyatakan batalnya amalan karena maksud semacamini, namun mereka membenci jika seseorang punya maksud demikian.


Mereka pun mengatakan, “Jikaaku beribadah pada Allah karena mengharap surga-Nya dan karena takutakan siksa neraka-Nya, maka aku adalah pekerja yang jelek. Tetapi akuhanya ingin beribadah karena cinta dan rindu pada-Nya.” Perkataanini juga dikemukakan oleh Robi’ah Al ‘Adawiyah, Imam Al Ghozali danSyaikhul Islam Ismail Al Harowi.[1] Di antara perkataan Robi’ah AlAdawiyah dalam bait syairnya, “Aku sama sekali tidak mengharapsurga dan takut pada neraka (sebagai balasan ibadah). Dan aku tidakmengharap rasa cintaku ini sebagai pengganti.”

Jadiintinya mereka bermaksud mengatakan bahwa janganlah seseorang beramalkarena ingin mengharap pahala, mengharap balasan di sisi Allah, inginmengharap surga atau takut pada siksa neraka. Ini namanya tidak ikhlas.

Namunjika kita perhatikan kembali pada Al Qur’an dan petunjuk Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, sungguh pendapat mereka-mereka jauh darikebenaran. Berikut beberapa buktinya. Semoga Allah memberikan kepahaman.

Allah Memerintahkan untuk Berlomba Meraih Kenikmatan di Surga

Setelahmenyebutkan berbagai kenikmatan di surga dalam surat Al Muthaffifin,Allah Ta’ala pun memerintah untuk berlomba-lomba meraihnya,

وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. ” (QS. Al Muthaffifin: 26)

Dalam Al Qur’an pun Disebutkan Balasan dari Suatu Amalan

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُالْفِرْدَوْسِ نُزُلًا (107) خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَاحِوَلًا (108)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramalsaleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, merekakekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.” (QS. AlKahfi: 107-108)

Al Qur’an Memberi Kabar Gembira dan Peringatan

Allah Ta’ala berfirman,

قَيِّمًالِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَالَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا

“AlQur’an sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yangsangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepadaorang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa merekaakan mendapat pembalasan yang baik.” (QS. Al Kahfi: 2)

Sifat Orang Beriman, Beribadah dengan Khouf (Takut) dan Roja’ (Harap)

Allah Ta’ala berfirman,

أُولَئِكَالَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْأَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَرَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا

“Orang-orang yang mereka seru itu,mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara merekayang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takutakan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus)ditakuti. ” (QS. Al Israa’: 57)

Sifat ‘Ibadurrahman Berlindung dari Siksa Neraka

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا

“Danorang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam darikami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”. ” (QS. AlFurqon: 65)

Sifat Ulil Albab juga Berlindung dari Siksa Neraka

Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَيَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْوَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَاخَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191)رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَالِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (192) رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَامُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آَمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآَمَنَّارَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَاوَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ (193) رَبَّنَا وَآَتِنَا مَا وَعَدْتَنَاعَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُالْمِيعَادَ (194)

“(Yaitu) orang-orang yang mengingatAllah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan merekamemikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “YaTuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha SuciEngkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami,sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, makasungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yangzalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar(seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepadaTuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kamidosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, danwafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhankami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami denganperantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami dihari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” ” (QS. AliImron: 191-194)

Malaikat pun Meminta pada Allah Surga

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menceritakan keadaan para malaikat, beliau bersabda bahwa Allah Ta’ala berfirman,

فَمَا يَسْأَلُونِى قَالَ يَسْأَلُونَكَ الْجَنَّةَ

“Apayang para malaikat mohon pada-Ku?” “Mereka memohon pada-Mu surga,”sabda beliau.Lihatlah malaikat pun meminta pada Allah surga, padahalmereka adalah seutama-utamanya wali Allah. Sifat-sifat para malaikatadalah,

لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Malaikat-malaikatitu tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepadamereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim:6)

Asiyah, istri Fir’aun yang Beriman Meminta Rumah di Surga

Allah Ta’ala berfirman,

وَضَرَبَاللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آَمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْرَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْفِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

“DanAllah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman,ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah disisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun danperbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. ” (QS. AtTahrim: 11). Padahal Asiyah lebih utama dari Robi’ah Al Adawiyah, namunia pun masih meminta pada Allah surga.

Para Nabi Beribadah dengan Roghbah (Harap) dan Rohaba (Cemas/Takut)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“Sesungguhnyamereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami denganharap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepadaKami. ” (QS. Al Anbiya’: 90)2

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pun Meminta Surga

Sebagaimana do’a Nabi Ibrahim -kholilullah/ kekasih Allah-,

وَاجْعَلْنِيمِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ (85) وَاغْفِرْ لِأَبِي إِنَّهُ كَانَمِنَ الضَّالِّينَ (86) وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ

“Danjadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuhkenikmatan, dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalahtermasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakanaku pada hari mereka dibangkitkan.” (QS. Asy Syu’ara: 85-87)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pun Meminta Surga

DariAbu Sholih, dari beberapa sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada seseorang,”Do’a apa yang engkau baca di dalam shalat?”

أَتَشَهَّدُوَأَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَالنَّارِ أَمَا إِنِّى لاَ أُحْسِنُ دَنْدَنَتَكَ وَلاَ دَنْدَنَةَ مُعَاذٍ

“Akumembaca tahiyyat, lalu aku ucapkan ‘Allahumma inni as-alukal jannah waa’udzu bika minannar’ (aku memohon pada-Mu surga dan aku berlindungdari siksa neraka). Aku sendiri tidak mengetahui kalau engkaumendengungkannya begitu pula Mu’adz”, jawab orang tersebut. KemudianNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami sendiri memohonsurga (atau berlindung dari neraka).”3

Nabi Menyuruh Meminta Tempat yang Mulia untuknya di Surga

Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَاسَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّواعَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِبِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَامَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِاللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَالْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ

“Apabila kalian mendengarmu’adzin, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muadzin, lalubershalawatlah kepadaku, maka sungguh siapa saja yang bershalawatkepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak 10 kali.Kemudian mintalah pada Allah wasilah bagiku karena wasilah adalahsebuah kedudukan di surga. Tidaklah layak mendapatkan kedudukantersebut kecuali untuk satu orang di antara hamba Allah. Aku berharapaku adalah dia. Barangsiapa meminta wasilah untukku, dia berhakmendapatkan syafa’atku.”4Yang dimaksud dengan wasilah adalah kedudukantinggi di surga. Sebagaimana terdapat dalam sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,

إِنَّ الوَسِيْلَةَ دَرَجَةٌ عِنْدَ اللهِ لَيْسَ فَوْقَهَا دَرَجَةٌ فَسَلُّوْا اللهَ أَنْ يُؤْتِيَنِي الوَسِيْلَةَ عَلَى خَلْقِهِ

“Sesungguhnyawasilah adalah kedudukan (derajat yang mulia) di sisi Allah. Tidak adalagi kedudukan yang mulia di atasnya. Maka mintalah pada Allah agarmemberiku wasilah di antara hamba-Nya yang lain.”5

Setelah Kita Menyaksikan

Setelahkita melihat sendiri dan menyaksikan dengan seksama berbagai ayat alQur’an dan riwayat hadits yang telah kami kemukakan di atas, inimenunjukkan bahwa seluruh ajaran agama ini mengajak setiap hamba untukmencari surga dan berlindung dari neraka-Nya. Dalil-dalil tersebut jugamenunjukkan bahwa para rasul, para nabi, para shidiq, para syuhada’,para malaikat dan para wali Allah yang mulai, mereka semua beramalkarena ingin meraih surga dan takut akan siksa neraka. Mereka adalahhamba Allah terbaik, lantas pantaskah mereka disebut pekerja yangjelek?!

PENJELASAN LAINNYA


Mengharap pahala adalah perbuatan yang terpuji, juga merupakan usaha yang menguntungkan dan penuh berkah. Parasalaf dan kholaf yang saleh, beramal dengan tujuan ini. Sebab, manusia sesungguhnya adalah makhluk yang lemah dan fakir, ia membutuhkan karunia Tuhannya yang Maha Kaya. Demikianlah jawaban yang singkat. Ada tiga kelompok orang yang beramal:

Kelompok Pertama, orang-orang yang beramal karena takut siksa Allah, mereka disebut al-khoifun.
Kelompok Kedua, orang-orang yang beramal karena mengharapkan pahala dari Allah, mereka disebut ar-rojun dan
Kelompok Ketiga, orang-orang yang beramal semata-mata karena melaksanakan perintah Allah, mereka disebut kaum ‘arifin.

Kaum ‘arifin ini memiliki pengharapan dan rasa takut. Al-khoifun memiliki pengharapan dan ma’rifat. Namun seorang hamba akan dikelompokkan ke dalam tingkatan atau maqom[1] sesuai dengan sifat-sifat yang lebih dominan pada dirinya.

Ucapan sebagian kaum sufi tentang rendahnya kualitas orang yang beramal karena mengharap pahala atau takut siksa, sesungguhnya dimaksudkan sebagai peringatan bahwa seseorang yang beramal demi melaksanakan perintah Allah lebih mulia kedudukannya. Namun, maqomitu bertingkat-tingkat, yang satu lebih tinggi dari yang lain. Manusia tidak memiliki hak untuk memilih atau menentukan maqom-nya sendiri, karena itu mutlak urusan Allah. Allah menentukan bagi hamba-Nya apa yang Ia kehendaki dengan cara yang Ia kehendaki. Dan Allah pasti akan memasukkan kaum Mukminin ke dalam salah satu dari ketiga maqom ini. Kaum Mukminin tidak akan menjadi sempurna urusan agamanya dan tidak akan lurus hatinya kecuali dengan melakukan hal-hal yang telah ditentukan oleh Allah baginya sesuai dengan maqom-nya.

Mungkin, yang dimaksud oleh sebagian ahli ma’rifat bahwa orang yang beramal karena mengharapkan pahala, maqom-nya rendah adalah untuk orang yang jika tidak diberi insentif dengan pahala dan ditakut-takuti dengan siksa niscaya tidak akan beramal sama sekali. Keagungan Allah, yang dapat menggerakkan seseorang untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tidak mendapat tempat di hatinya. Masalah ini sangatlah pelik, dan aku telah melihat hal-hal yang keliru dan syathoh[2] pada sebagian ahli tarekat[3].

Aku berpendapat bahwa beramal karena melaksanakan perintah, mengharapkan ridho dan agar dekat kepada Allah merupakan suatu perbuatan yang mulia. Dan beramal karena mengharapkan pahala dan takut siksa adalah baik pula.[4] Para ahlillah beramal atas dasar ketigamaqom ini secara sempurna, tetapi orang-orang semacam ini jarang sekali ditemui. 

Maka hendaknya tiap orang berusaha mengetahui maqom yang telah ditentukan oleh Allah baginya, dan beramal sesuai maqom itu. Jangan seperti pekerja yang buruk: jika tidak diberi upah, tidak mau bekerja. Jangan pula seperti budak yang berperangai buruk: seandainya tidak takut cambukan, tidak akan bersopan-santun. 

 Hendaknya manusia beramal untuk Allah karena Allah adalah Tuan dan Majikan yang sebenarnya, dan Dia-lah yang membe-rikan perintah dan larangan. Hendaknya ia mengharapkan pahala dari pintu karunia dan pemberian Allah. Hendaknya pula manusia takut akan siksa Allah karena perilaku yang buruk dan kekurangannya dalam ibadah. Aku mohon agar diselamatkan dari keburukan dan kekurangan tersebut.

Demikianlah jalan yang mudah, jalan suci, jalan yang ditempuh para ulama dan sholihin. Siapa yang merenungkan ucapan dan mengamati perjalanan mereka, serta siapa pun yang memiliki mata hati (bashiroh) akan mengerti benar-benar apa yang telah kuuraikan. Aku memohon ampun kepada Allah dan menujukan segala puja dan puji kepada-Nya.

(‘Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad, Nafaisul ‘Uluwiyyah fil Masailis Shufiyyah, cet. I, Darul Hawi, 1993/1414H, hal.50-52)


Sumber : https://mediacerebri.wordpress.com/2010/08/24/apakah-ikhlas-berarti-tidak-boleh-mengharap-pahala-dan-surga/,  http://kyaijawab.com/post/169/Beramal+Mengharap+Pahala


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TIPS ISLAMI Designed by Templateism.com Copyright © 2016 |

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.